PERCAYA kepada malaikat adalah salah satu daripada rukun iman . Ada malaikat yang ditugaskan untuk berdoa kepada makhluk manusia dan sudah tentu seseorang yang didoakan malaikat mendapat keistimewaan. Dalam hidup ini, kita sangat memerlukan bantuan rohani dalam menghadapi ujian yang kian mencabar. Bantuan dan sokongan malaikat adalah sangat diperlukan. Lady S ingin kongsikan senarai manusia yang akan menerima doa daripada para Malaikat.
Malaikat adalah hamba ciptaan Allah SWT yang sangat taat kepada perintah Penciptanya.
Kelompok makhluk itu termasuk dalam perkara ghaib yang wajib diimani kewujudannya oleh manusia. Beriman dengan kewujudan malaikat termasuk salah satu daripada Rukun Iman.
Ini bermakna, menafikan kewujudan malaikat akan menyebabkan seseorang Muslim menjadi kufur.
Malaikat diciptakan Allah SWT daripada cahaya. Rasulullah SAW menjelaskan perkara itu menerusi hadis Baginda yang bermaksud: “Malaikat diciptakan daripada cahaya, jin diciptakan daripada nyalaan api dan Adam diciptakan daripada apa yang telah disifatkan kepada kalian.” (Hadis riwayat Muslim)
Malaikat diciptakan oleh Allah SWT sebelum penciptaan manusia. Allah SWT memaklumkan kepada sekalian malaikat mengenai penciptaan manusia iaitu Nabi Adam.
Antara manusia yang mendapat doa para Malaikat ialah:
1.Orang yang tidur dalam keadaan bersuci
Di antara orang-orang yang berbahagia dengan do’a para Malaikat adalah orang yang tidur malam dalam keadaan suci. Di antara dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah:
1. Al-Imam ath-Thabrani meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
طَهِّّرُوْا هَذِهِ اْلأَجْسَادَ طَهَّرَكُمُ اللهُ، فَإِنَّهُ لَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَبِيْتُ طَاهِرًا إِلاَّ بَاتَ مَعَهُ فِيْ شِعَارِهِ مَلَكٌ، لاَ يَنْقَلِبُ سَاعَةً مِنَ اللَّيْلِ إِلاَّ قَالَ: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِعَبْدِكَ فَإِنَّهُ بَاتَ طَاهِرًا.
“Sucikanlah badan-badan kalian, semoga Allah mensucikan kalian, karena tidak ada seorang hamba pun yang tidur malam dalam keadaan suci melainkan satu Malaikat akan bersamanya di dalam syi’aar [1], tidak satu saat pun dia membalikkan badannya melainkan satu Malaikat akan berkata: ‘Ya Allah, ampunilah hamba-Mu ini, karena ia tidur malam dalam keadaan suci.’” [2]
2. Al-Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anuma, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ بَاتَ طَاهِرًا بَاتَ فِي شِعَارِهِ مَلَكٌ، فَلَمْ يَسْتَيْقِظْ إِلاَّ قَالَ الْمَلَكُ: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِعَبْدِكَ فُلاَنٍ، فَإِنَّهُ بَاتَ طَاهِرًا.
“Barangsiapa yang tidur dalam kedaan suci, maka Malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dan tidaklah ia bangun melainkan Malaikat berdo’a: ‘Ya Allah, ampunilah hamba-Mu si fulan karena ia tidur dalam keadaan suci.’” [3]
Di antara kandungan yang dapat kita petik dari kedua hadits di atas adalah:
Pertama : Malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Sungguh teman yang paling baik dan paling mulia, seandainya balasan untuk orang yang tidur dalam kedaan suci hanya itu saja, maka hal tersebut tentu sudah cukup.
Kedua : Malaikat yang diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala memohon ampunan kepada-Nya setiap ia membalikkan badannya pada malam hari dan ketika ia bangun dari tidurnya.
Allaahu Akbar! Sebuah amal yang sangatlah mudah untuk dilakukan, tetapi balasannya sangatlah besar!
Dan bukan ini saja, bahkan ada riwayat lain yang menunjukkan keutamaan orang yang tidur malam dalam keadaan bersuci. Demikianlah yang diriwayatkan oleh dua Imam, iaitu Imam Ahmad dan Imam Abu Dawud dari Sahabat Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَبِيْتُ عَلَى ذِكْرٍ طَاهِرًا فَيَتَعَارُّ مِنَ اللَّيْلِ فَيَسْأَلُ اللهَ خَيْرًا مِنَ الدُّنْياَ وَاْلآخِرَةِ إِلاَّ أَعْطَاهُ إِياَّهُ.
“Tidaklah seorang muslim bermalam dalam keadaan berdzikir kepada Allah dan dalam keadaan suci, lalu ia bangun [4] pada suatu malam dan berdo’a memohon kebaikan dunia atau akhirat kepada Allah melainkan Allah akan mengabulkan permintaannya.” [5]
Dari hadits tersebut dapat difahami bahwa tidur dalam keadaan suci termasuk di antara sebab sebuah do’a dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena ash-Shaadiqul Mashduuq (orang yang benar dan dibenarkan) yang berbicara dengan wahyu, iaitu Nabi kita yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan bahwa orang yang tidur dalam keadaan suci dan berdzikir lalu ia bangun dan memohon kebaikan dunia atau akhirat, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengabulkan permohonannya tersebut.
2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu solat.
Di antara orang yang berbahagia dengan permohonan ampun dan do’a para Malaikat adalah seorang hamba yang duduk di masjid untuk menunggu shalat dalam keadaan berwudhu’.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَحَدُكُمْ مَا قَعَدَ يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ فِيْ صَلاَةٍ مَا لَمْ يُحْدِثْ تَدْعُوْ لَهُ الْمَلاَئِكَةُ :اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اَللَّهُمَّ ارْحَمْهُ.”
“Tidaklah seseorang di antara kalian duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, melainkan para Malaikat akan mendo’akannya: ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah, sayangilah ia.’” [1]
Imam Ibnu Khuzaimah juga meriwayatkan hadits ini dalam kitab Shahiihnya dan memberinya judul: “Bab Keutamaan Duduk di Masjid dalam Rangka Menunggu Shalat, Shalawat Malaikat dan Do’a Malaikat kepadanya, Selama Ia Tidak Mengganggu Orang Lain dan Selama Wudhu’nya Tidak Batal.” [2]
Para ulama Salaf kita sangat gigih melakukan amal yang sangat mulia ini, dan di antara yang menunjukkan hal tersebut adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ibnul Mubarak, dari ‘Atha’ bin as-Sa-ib, beliau berkata: “Kami datang kepada Abu ‘Abdirrahman as-Sulami -ia adalah ‘Abdullah bin Hubaib- yang menunggu wafatnya di masjid. Lalu kami berkata: ‘Alangkah baiknya jika engkau pindah ke tempat tidur, karena di sana autsar (lebih nyaman).’”
Al-Husain -salah satu perawi- berkata, “Autsar maknanya adalah lebih nyaman.”
Beliau berkata: “Fulan meriwayatkan kepadaku, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِيْ صَلاَةٍ مَا دَامَ فِيْ مُصَلاَّهُ يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ.
‘Sentiasa salah seorang di antara kalian mendapatkan pahala solat selama ia berada di masjid tempat ia shalat untuk menunggu shalat.’” [3]
Di dalam riwayat Ibnu Sa’ad disebutkan: “Para Malaikat berkata: ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah, sayangilah ia.’”
Beliau (Abu ‘Abdirrahman as-Sulami) berkata: “Aku ingin mati ketika aku berada di dalam masjid.” [4]
Keutamaan lain boleh diperolehi oleh orang yang duduk menunggu solat dengan keutamaan Allah SWT, Rasulullah saw telah memberikan khabar gembira bahawasanya orang yang berdo’a di antara waktu adzan dan iqamat, niscaya do’anya itu tidak akan ditolak. Para Imam (yaitu Imam Ahmad, Imam Ibnu Khuzaimah, Imam Ibnu Hibban dan Imam Dhi-ya-uddin al-Maqdisi) meriwayatkan dari Anas Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الدُّعَاءَ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ اْلأَذَانِ وَاْلإِقَامَةِ، فَادْعُوْا.
‘Sesungguhnya do’a (yang dipanjatkan) di antara adzan dan iqamat tidak akan pernah ditolak, karena itu berdo’alah.’” [5]
3. Orang yang berada di saf depan solat berjemaah.
Allah dan Para Malaikat Bershalawat Kepada Orang-Orang Di Shaf Awal .
Maka bersegeralah menuju masjid, dan carilah shaf pertama. Sungguh, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الْأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلَّا أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لَاسْتَهَمُوا
“Seandainya manusia mengetahui apa yang ada (yaitu keutamaan) di dalam seruan (adzan) dan shaf pertama, lalu mereka tidak bisa mendapatkan shaf tersebut kecuali dengan undian, sungguh mereka akan melakukan undian untuk mendapatkannya.” (HR. Bukhari 580)
Dan tidakkah anda ingin shalat bersama dengan para malaikat?! Diriwayatkan dari Al Barra’ bin ‘Adzib bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“إن الله وملائكته يصلون على الصف المقدم، والمؤذن يغفر له مدى صوته ويصدقه من سمعه من رطب ويابس وله مثل أجر من صلى معه”
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang di shaf awal, dan muadzin itu akan diampuni dosanya sepanjang radius suaranya, dan dia akan dibenarkan oleh segala sesuatu yang mendengarkannya, baik benda basah maupun benda kering, dan dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang shalat bersamanya” (HR. Ahmad dan An Nasa’i dengan sanad yang jayyid)
Dalam hadits lain dari Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, “Aku mendengar Rasululullah saw bersabda,
إن الله وملائكته يصلون على الصف الأول أو الصفوف الأول
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang di shaf pertama, atau di beberapa shaf yang awal” (HR. Ahmad dengan sanad yang jayyid, diperoleh dari fatwa Syaikh Sulaiman Al Majid.
Sehingga tidak ada perbezaan diantara masjid yang shafnya hanya satu sahaja, atau yang shafnya banyak (aitu jemaah solatnya hingga bershaf-shaf ). Siapa saja yang berada di barisan tepat di belakang imam, itulah shaf awal, dan itulah yang dijanjikan keutamaan, insya Allah, berdasarkan keumuman hadits. Wallahu a’lam.” (sumber: http://www.islamqa.com/ar/ref/67797)
Kesimpulannya, bahawa Allah SWT dan para Malaikat-Nya berselawat kepada orang-orang yang berada pada shaf pertama dalam shalat, orang-orang yang berada pada shaf kedua, dan orang-orang yang berada pada shaf-shaf terdepan. Akan tetapi shalawat bagi orang-orang yang berada pada shaf pertama jauh lebih utama daripada shaf-shaf lainnya.Semoga Allah menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang selalu berada pada shaff pertama dengan keutamaan-Nya. Kabulkanlah ya Allah, yaa Hayyu yaa Qayyuum.
4. Orang yang menyambung saf pada solat berjemaah:
Di antara orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan dengan shalawat Allah dan para Malaikat-Nya kepada mereka adalah orang-orang yang selalu menyambung shaff, mereka tidak akan membiarkan sebuah kekosongan dalam shaff.
Di antara dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah:
1. Para Imam (yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan al-Hakim) meriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الَّذِيْنَ يَصِلُوْنَ الصُّفُوْفَ.
‘Sesungguhnya Allah dan para Malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaff-shaff.’” [1]
Imam Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dari al-Barra’ bin ‘Azib Radhiyallahu anhuma, ia berkata: “Rasulullah saw mendatangi setiap shaff dari satu sudut ke sudut lainnya. Beliau mengusap setiap pundak atau dada-dada kami dengan berkata:
لاَ تَخْتَلِفُوْا فَتَخْتَلِفُ قُلُوْبُكُمْ.
‘Janganlah kalian saling berselisih, karena jika demikian, maka hati-hati kalian pun akan berselisih.’”
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الَّذِيْنَ يَصِلُوْنَ الصُّفُوْفَ اْلأُوَلِ.
“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaff-shaff terdepan.” [4]
Para Sahabat Radhiyallahu anhum dahulu sangat gigih dalam mengisi shaff yang kosong. Di antara riwayat yang menunjukkan hal tersebut adalah:
Pertama, al-Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Anas Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
أَقِيْمُوْا صُفُوْفَكُمْ فَإِنِّّيْ أَرَاكُمْ مِنْ وَرَائِي ظَهْرِي.
“Luruskanlah shaff-shaff kalian, karena aku melihat kalian dari belakang punggungku.”
“Dan salah seorang di antara kami selalu menempelkan pundaknya kepada pundak sahabat yang ada di sisinya, dan kakinya kepada kaki sahabatnya tersebut.” [6]
Kedua, al-Imam Abu Dawud meriwayatkan dari an-Nu’man bin Basyir Radhiyallahu anhuma, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadap orang-orang dengan wajahnya dan kemudian bersabda:
أَقِيْمُوْا صُفُوْفَكُمْ.
‘Luruskanlah shaff-shaff kalian!’ (diucapkan tiga kali). [7]
Lalu beliau bersabda:
وَاللهِ لَتُقِيْمُنَّ صُفُوْفَكُمْ أَوْ لَيُخَالِفَنَّ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ.
‘Demi Allah, luruskanlah shaff-shaff kalian atau Allah akan menjadikan hati-hati kalian (saling) berselisih.’”
Beliau berkata: “Aku melihat seseorang yang merapatkan pundaknya kepada pundak Sahabat yang ada di dekatnya, lutut kepada lututnya, dan mata kaki kepada mata kakinya.” [8]
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menjadikan kita termasuk orang-orang yang enggan menyambung shaff, akan tetapi semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan rahmat-Nya menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang selalu menyambung shaff-shaff dalam shalat sehingga Allah dan para Malaikat-Nya selalu bershalawat kepada kita semua.
5. Kalangan malaikat mengucapkan ‘amin’ ketika seorang imam selesai membaca Al-Fatihah.
Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya :“Jika seorang imam membaca…(ayat terakhir al-Fatihah sehingga selesai), ucapkanlah oleh kamu ‘aamiin’ kerana sesiapa yang ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, dia akan diampuni dosanya yang lalu.” (Shahih Bukhari no. 782)
6. Orang yang duduk di tempat solatnya selepas melakukan solat.
Di antara orang-orang yang berbahagia dengan shalawat para Malaikat kepada mereka adalah orang-orang yang tetap duduk di masjid setelah melaksanakan shalat.
Di antara dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah:
1. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْمَلاَئِكَةُ تُصَلِّي عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِيْ مُصَلاَّهُ الَّذِي صَلَّى فِيْهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اَللَّهُمَّ ارْحَمْهُ.
‘Para Malaikat akan selalu bershalawat kepada salah seorang di antara kalian selama ia berada di masjid dimana ia melakukan shalat, hal ini selama ia wudhu’nya belum batal [1], (para Malaikat) berkata: ‘Ya Allah, ampunilah ia, ya Allah, sayangilah ia.’”[2]
2. Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan pula dari Abu ‘Abdirrahman, ia berkata: “Aku mendengar ‘Ali berkata: ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا جَلَسَ فِيْ مُصَلاَّهُ بَعْدَ الصَّلاَةِ صَلَّتْ عَلَيْهِ الْمَلاَئِكَةُ، وَصَلاَتُهُمْ عَلَيْهِ: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اَللَّهُمَّ ارْحَمْهُ. وَإِنْ جَلَسَ يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ صَلَّتْ عَلَيْهِ الْمَلاَئِكَةُ وَصَلاَتُهُمْ عَلَيْهِ: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اَللَّهُمَّ ارْحَمْهُ.
‘Sesungguhnya jika seorang hamba duduk di masjid setelah melaksanakan shalat, maka para Malaikat akan bershalawat untuknya, dan shalawat mereka kepadanya adalah dengan berkata: ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah, sayangilah ia.’ Jika ia duduk untuk menunggu shalat, maka para Malaikat akan bershalawat kepadanya, shalawat mereka kepadanya adalah dengan berdo’a: ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah, sayangilah ia.’” [3]
3. Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Atha’ bin as-Sa-ib, ia berkata: “Aku mendatangi ‘Abdurrahman as-Sulami, pada waktu itu beliau telah melakukan shalat Fajar dan sedang duduk di dalam majelis, aku berkata kepadanya: ‘Seandainya engkau pergi ke tempat tidur, tentu hal tersebut akan lebih baik bagimu.’ Beliau berkata: ‘Aku mendengar ‘Ali berkata: ‘Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَلَّى الْفَجْرَ ثُمَّ جَلَسَ فِيْ مُصَلاَّهُ صَلَّتْ عَلَيْهِ الْمَلاَئِكَةُ وَصَلاَتُهُمْ عَلَيْهِ: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اَللَّهُمَّ ارْحَمْهُ، وَمَنْ يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ صَلَّتْ عَلَيْهِ الْمَلاَئِكَةُ وَصَلاَتُهُمْ عَلَيْهِ: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اَللَّهُمَّ ارْحَمْهُ.
“Barangsiapa yang melakukan shalat Fajar, lalu ia duduk di masjid, maka para Malaikat akan bershalawat kepadanya, dan shalawat mereka kepadanya adalah dengan berdo’a: ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah, sayangilah ia.’ Dan jika ia duduk untuk menunggu shalat, maka para Malaikat akan bershalawat kepadanya, shalawat mereka kepadanya adalah dengan berdo’a: ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah, sayangilah ia.’” [4]
Kesimpulannya, bahwa di antara orang yang dido’akan oleh para Malaikat adalah orang-orang yang tetap duduk di masjid selama wudhu’nya tidak batal.
Semoga Allah menjadikan kita semua termasuk dari golongan mereka dengan keutamaan-Nya. Aamiin yaa Dzal Jalaali wal Ikraam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa tetap duduk di masjid setelah shalat adalah termasuk amal-amal yang menjadi bahan pembicaraan di kalangan para Malaikat, tegasnya mereka semua ingin membawa amalan tersebut ke langit, dan hal ini merupakan amal-amal yang dapat menghapuskan dosa. Barangsiapa yang melakukannya, niscaya ia akan hidup dengan baik dan wafat dengan baik, ia akan dibersihkan dari kesalahan bagaikan seorang anak yang baru dilahirkan oleh ibunya.
Al-Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ahuma, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَتَانِي اللَّيْلَةَ رَبِّي تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي أَحْسَنِ صُوْرَةٍ قَالَ: أَحْسَبُهُ، قَالَ: فِي الْمَنَامِ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ هَلْ تَدْرِي فِيْمَ يَخْتَصِمُ الْمَلأُ اْلأَعْلَى؟ قَالَ: قُلْتُ: لاَ، قَالَ: فَوَضَعَ يَدَهُ بَيْنَ كَتِفَيَّ حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَهَا بَيْنَ ثَدْيَيَّ، أَوْ قَالَ: فِي نَحْرِي، فَعَلِمْتُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ، قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، هَلْ تَدْرِي فِيْمَ يَخْتَصِمُ الْمَلأُ اْلأَعْلَى، قُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ فِي الْكَفاَّرَاتِ وَالْكَفَّارَاتُ الْمَكْثُ فِي الْمَسَاجِدِ بَعْدَ الصَّلَوَاتِ وَالْمَشْيُ عَلَى اْلأَقْدَامِ إِلَى الْجَمَاعَاتِ وَإِسْبَاغُ الْوُضُوْءِ فِي الْمَكَارِهِ وَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ عَاشَ بِخَيْرٍ وَمَاتَ بِخَيْرٍ وَكَانَ مِنْ خَطِيْئَتِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ.”
‘Malam tadi Rabb-ku datang kepadaku dalam bentuk yang paling indah, aku menyangkan bahwa itu terjadi di dalam mimpi. Kemudian Dia berfirman kepadaku, ‘Wahai Muhammad, apakah engkau tahu apa yang menjadi bahan pembicaraan para Malaikat [8]?’ Aku menjawab, ‘Aku tidak tahu.’ Lalu Allah meletakkan tangan-Nya di antara kedua pundakku, sehingga aku merasakan dingin di dada atau di dekat tenggorokan, maka aku tahu apa yang ada di langit dan bumi. Allah berfirman, ‘Wahai Muhammad, tahukah engkau apa yang menjadi bahan pembicaraan para Malaikat?’ Aku menjawab, ‘Ya, aku tahu. Mereka membicarakan al-kafarat.’ Al-kafarat itu adalah berdiam di masjid setelah shalat, melangkahkan kaki menuju shalat berjama’ah, dan menyempurnakan wudhu’ dalam keadaan yang sangat dingin. Barangsiapa yang melakukannya, maka ia akan hidup dengan baik dan wafat dengan baik pula, ia akan keluar dari dosa-dosanya seperti pada hari di mana ia dilahirkan dari (rahim) ibunya.” [9]
Allaahu Akbar! Sungguh sangat agung pahala orang-orang yang melakukan tiga amalan seperti itu. Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang menjaga amalan ini, aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin.
Akan tetapi jika seseorang melakukan shalat Shubuh di rumahnya karena sakit atau karena takut, lalu ia duduk di tempat shalatnya untuk berdzikir kepada Allah dan membaca al-Qur-an sampai matahari terbit, setelah itu ia melaksanakan shalat sunnah Syuruq dua rakaat, maka ia akan mendapatkan pahala sebagaimana yang diterangkan dalam hadits. Karena dalam keadaan tersebut ia memiliki udzur sehingga melaksanakan shalat di rumah.
7. Orang yang melakukan solat Subuh dan Asar secara berjemaah.
Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya : “Kalangan malaikat berkumpul pada saat solat Subuh lalu malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga Subuh) naik (ke langit) dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. “Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu solat Asar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga solat Asar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal lalu Allah bertanya kepada mereka: “Bagaimana kalian meninggalkan hamba-Ku?” Mereka menjawab: ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan solat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan solat, ampunilah mereka pada hari kiamat.’
8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa pengetahuan orang yang didoakan.
Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:“Doa seorang Muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa pengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, malaikat itu berkata ‘aamiin dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan.’”
9. Orang yang membelanjakan harta (infak).
Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya:“Tidak satu hari pun di mana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali dua malaikat turun kepadanya, satu antara kedua-duanya berkata: ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak…"
Apakah perbezaan antara sedekah (derma), wakaf dan infak?
Sedekah bererti pemberian yang padanya dicari pahala daripada Allah SWT. (Rujuk al-Ta’rifat - 1/132)
Ibn Manzur memberikan definisi sedekah sebagai apa yang kita berikan kerana Allah SWT kepada golongan fakir yang memerlukan. (Rujuk Lisan al-Arab (10/196)
Sedekah merangkumi maksud zakat wajib dan sedekah sunat seperti yang dimaksudkan dalam al-Quran yang bermaksud: “Sesungguhnya sedekahsedekah (zakat) itu hanyalah untuk orang-orang fakir dan orang-orang miskin dan amil-amil yang menguruskannya, dan orang-orang muallaf yang dijinakkan hatinya, dan untuk hamba-hamba yang hendak memerdekakan dirinya, dan orang-orang yang berhutang, dan untuk (dibelanjakan pada) jalan Allah, dan orang-orang musafir (yang keputusan) dalam perjalanan. (Ketetapan hukum yang demikian itu ialah) sebagai satu ketetapan (yang datangnya) daripada Allah. Dan (ingatlah) Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana.” (Surah al-Taubah -9:60)
Begitu juga keterangan hadis dalam surat yang ditulis Saidina Abu Bakar RA yang maksudnya: “Kefarduan sedekah (iaitu zakat) ini ialah sepertimana yang difardukan Rasulullah SAW ke atas kaum Muslimin. (Hadis riwayat Imam Bukhari (1454)
Infak pula menurut al-Jurjani bererti membelanjakan harta kepada yang berhajat. (Rujuk al-Ta’rifat - 1/39)
Dalam Surah al-Baqarah, ayat 3, Allah SWT berfirman yang bermaksud: “(Orang yang beriman itu adalah) orang-orang yang beriman dengan perkara yang ghaib, menunaikan solat dan mereka memberi infak apa yang kami rezekikan kepada mereka.”
Perkataan ‘yunfiquun’ dalam ayat itu menurut pilihan Imam al-Tabari merujuk kepada pensyariatan zakat dan pemberian nafkah kepada ahli keluarga yang ditanggung. (Rujuk Jami’ al-Bayan - 1/244)
Justeru, sedekah dan infak itu adalah sinonim manakala wakaf dari sudut bahasa bermaksud menahan sesuatu.
Dari sudut istilah, ia membawa maksud menahan harta yang boleh diambil daripadanya manfaat berserta mengekalkan ‘ain harta berkenaan.
Ia menghilangkan pemilikan dan pengurusan harta itu daripada pewakaf dan harta itu akan digunakan pada jalan yang dibenarkan ataupun keuntungan daripadanya (harta wakaf itu) digunakan untuk jalan kebaikan. (Lihat Mughni al-Muhtaj - 2/376)
Pahala orang yang berwakaf akan berkekalan selagi harta wakaf itu masih wujud walaupun selepas kematian pewakaf.
Wakaf juga disebut sebagai sedekah jariah. Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: “Jika mati seorang manusia itu akan terputuslah catatan amalannya melainkan tiga perkara, sedekah jariah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak soleh yang mendoakan baginya kebaikan. (Hadis riwayat Imam Muslim - 1631)
Imam Nawawi menjelaskan, sedekah jariah itu bermaksud wakaf. (Rujuk Syarh Muslim - 11/85)
Pengertian infak dan sedekah adalah zakat wajib, sedekah sunat dan wakaf manakala wakaf pula lebih khusus kepada amalan wakaf.
FIRMAN Allah SWT yang bermaksud: "Bandingan (derma) orang yang membelanjakan hartanya kepada jalan Allah sama seperti sebiji benih yang tumbuh menerbitkan tujuh tangkai; tiap-tiap tangkai pula mengandungi 100 biji. Dan (ingatlah), Allah akan melipat gandakan pahala bagi sesiapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Maha Luas (rahmat) kurnia-Nya, lagi Meliputi ilmu pengetahuan-Nya." (Surah al-Baqarah, ayat 261)
Antara sebab al-Quran menerang dan memperjelaskan sesuatu perkara dengan membuat perumpamaan agar perkara itu melekat dalam ingatan bagi yang membaca dan mentadabbur al-Quran.
Di sini disebut perumpamaan orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah SWT sama seperti sebiji benih yang tumbuh menerbitkan tujuh tangkai. Setiap tangkai pula mengandungi 100 biji. Allah SWT dengan kemurahan-Nya melipatgandakan pahala bagi sesiapa yang dikehendaki-Nya.
Ibnu Kathir berkata: "Inilah satu contoh Allah SWT berikan gandaan pahala kepada orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah SWT dengan tujuan mencapai keredaan-Nya. Setiap kebajikan diberikan ganjaran paling sedikit 10 kali ganda sehingga ke 700 kali ganda."
Allah SWT memberi pahala yang berlipat ganda kepada hamba yang dikehendaki-Nya. Sebahagian mereka diberikan 700 kali ganda dan sebahagian pula lebih besar bergantung pada keadaan pemberi bantuan. Jika diberi dengan ikhlas, halal dan suci sumbernya, mungkin diganda sehingga tidak terkira banyaknya.
10. Orang yang sedang makan sahur.
Di antara orang-orang yang berbahagia dengan selawat para Malaikat adalah orang yang makan sahur, dan di antara dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah:
1. Dua Imam, iaitu Imam Ibnu Hibban dan Imam ath-Thabrani meriwayatkan dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِيْنَ.
‘Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya berselawat kepada orang-orang yang makan sahur.’” [1]
Imam Ibnu Hibban memberikan bab untuk hadits ini dengan judul: “Ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Permohonan Ampun Para Malaikat Bagi Orang-Orang yang Makan Sahur.” [2]
2. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, beliau berkata: “Rasulullah Shallallahu bersabda:
“اَلسَّحُوْرُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ فَلاَ تَدَعُوْهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جُرْعَةً مِنْ مَاءٍ, فَإِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِيْنَ.”
‘Makan sahur adalah makanan yang penuh dengan keberkahan, maka janganlah engkau meninggalkannya, walaupun salah seorang di antara kalian hanya meminum seteguk air, karena sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur.’” [3]
Ya Allah, janganlah engkau menjadikan kami orang-orang yang terhalang dari kasih sayang-Mu dan orang-orang yang terhalang dari permohonan ampun para Malaikat untuk kami. Kabulkanlah wahai Rabb Yang Mahamendengarkan do’a.
Jika hal tersebut merupakan shalawat dari Allah Ta’ala dan para Malaikat bagi orang yang makan sahur saja, maka bagaimana bagi orang yang menyem-purnakan puasanya karena Allah Azza wa Jalla? Satu makhluk pun sama sekali tidak dapat memperkirakannya di dunia. Benarlah apa yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau mengabarkan bahwa:
“قَالَ اللهُ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ.”
“Allah berfirman: ‘Setiap amal manusia adalah untuknya kecuali puasa, karena puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku-lah yang langsung mem-balasnya.’” [6]
Dan masih banyak lagi hadits yang menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendorong umatnya melaksanakan sahur.
11. Orang yang sedang melawat orang sakit.
70 ribu Malaikat mendoakan rahmat kepada orang yang melawat orang sakit supaya diberi rahmat olehNya.
Rasulullah S.A.W. bersabda :
إِذَا عَادَ الرَّجُلُ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ مَشَى فِيْ خِرَافَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسَ فَإِذَا جَلَسَ غَمَرَتْهُ الرَّحْمَةُ، فَإِنْ كَانَ غُدْوَةً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ كَانَ مَسَاءً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ
Ertinya : "Barang siapa menziarahi saudara seIslamnya yang sakit, maka (perjalanannya ke rumah orang sakit itu seakan-akan) ia berjalan sambil memetik buah-buahan syurga sehingga ia duduk (yakni duduk di rumah pesakit), apabila ia duduk, maka rahmat yang banyak diturunkan kepadanya. Apabila ia menziarahi di pagi hari, maka 70 ribu malaikat mendoakannya untuk mendapat rahmat sehingga ke petang. Apabila ia menziarahi pada waktu petang, 70 ribu malaikat mendoakannya untuk mendapat rahmat sehingga ke pagi" .
[Hadis Riwayat : at-Tirmidzi, Ibn Majah & Imam Ahmad]
Syeikh 'Ali bin Abdul Rahman al-Kelantani menghuraikan tentang ziarah orang sakit di dalam Kitab al-Jauhar al-Mauhub Wa Munabbihat al-Qulub :
Melawat orang sakit itu hukumnya adalah sunat secara ijma'. Berbeza dengan Imam Bukhari yang mengatakan bahawa ia adalah wajib.
Rasulullah S.A.W. bersabda :
خمس تجب للمسلم على أخيه : رد السلام ، وتشميت العاطس ، وإجابة الدعوة ، وعيادة المريض ، واتباع الجنائز
Ertinya : "5 hak bagi seorang muslim ke atas muslim yang lain : menjawab salam, memberi minum orang yang kehausan, menghadiri undangan, ziarah orang sakit dan mengiringi jenazah" .
Tetapi, terdapat 3 kategori yang tidak dikira sunat melawat orang sakit iaitu :
1. Seseorang yang sakit bisul.
2. Seseorang yang sakit gigi
3. Seseorang yang sakit mata.
Maka, kalau seseorang itu sakit melibatkan salah satu daripada 3 kategori di atas, maka TIDAK SUNAT untuk melawat. Ia sekadar HARUS.
Berbeza pula jika orang yang sakit itu ialah seorang yang alim. Yakni, orang seperti golongan-golongan ilmuan Islam, para alim ulama', orang yang terkenal dengan sifat zuhud dan sebagainya yang bersangkutan. Maka, jika golongan ini sakit apa-apa sekali pun, ia tetap SUNAT hukumnya untuk melawat. Hal demikian, kerana para alim itu sendiri dapat memberi syafaat dan kebaikan kepada orang lain. Doa mereka mustajab, maka sunat untuk orang lain melawat mereka walaupun sekadar sakit ringan,
Melawat orang sakit pada permulaan hari yakni hari pertama orang itu jatuh sakit hingga ke hari ketiga, maka hari permulaan itu hukumnya, SUNAT MUAKKAD (sunat yang sangat dituntut) untuk melawat hingga hari ketiga. Kemudian, selepas daripada hari ke-3, TIDAK lagi sunat muakkad untuk melawat. Ia sekadar HARUS.
Hadis Nabi S.A.W. :
وقال صلى الله عليه وسلم : ﻻتجب عيادة المريض إﻻ بعد ثلاثة أيام
Ertinya : Dan sabda Nabi S.A.W. : "Tiada wajib ziarah orang sakit melainkan kemudian daripada tiga hari"
Maka, tidak dituntut muakkad(bukan sunat muakkad) selepas daripada tiga hari atau dilihat juga kepada 'uruf yakni keadaan sekeliling. Sebagai contoh, 'uruf mengatakan bahawa, sakit seseorang itu dianggap orang ramai perkara biasa. Maka, tidak juga dikira sunat muakkad untuk melawatnya.
Kata Ibnu Abbas r.a. :
"Melawat orang sakit pada permulaan hari adalah sunat, dan apabila ia pergi melawat lagi untuk hari-hari seterusnya, maka bertambahlah pahala sunatnya" .
Walaubagaimanapun janganlah kira melupakan adab-adab menziarahi orang yang sedang sakit itu.
*Jangan makan atau minum dihadapan orang sakit.
Dan tersebut pada hadis yang sahih, apabila ia hadir disisi orang sakit, jangan ia memakan sesuatu dihadapannya. Jika ia memakan sesuatu dihadapan orang sakit itu, maka TIDAK DAPAT lah ia pahala ziarahnya. Kata manawi, zahirnya makna makan itu termasuk jugalah makna minum.
(Rujukan Sirojul Munir)
*Jangan terlalu lama berada(melawat) di rumah/tempat pesakit.
Sabda Nabi S.A.W. :
"Masa ziarah orang sakit itu kadar masa barang yang antara dua kali perah susu unta kerana bahawanya unta itu diperah akan dia kemudian ditinggalkan dia pada masa yang sedikit" .
Maksud Hadis : Rasulullah menggambarkan tempoh berapa lama untuk berada di rumah pesakit iaitu dengan anggaran masa → [Perah dahulu susu unta sehingga lah susu tidak lagi keluar. Apabila susu tidak lagi keluar. Gunakan anak unta untuk keluarkan lagi dengan cara, bagi anak unta hisap. Apabila susu kembali keluar, alihkan anak unta tadi dan kembali semula memerah susu unta tersebut. Sehingga lah ia tidak keluar untuk kali kedua]. Maka, tempoh daripada permulaan memerah sehingga lah susu tidak keluar kali kedua itulah, tempoh yang danggarkan sesuai untuk berada di rumah/tempat pesakit. Jangan lebih daripada masa tersebut.
Dan pada riwayat Dailami daripada Jabbar, afdhal bagi orang yang ziarah itu bersegera meinggalkan(pulang) ke rumahnya selepas beberapa lama tempoh ia ziarah. Hal demikian, supaya meraikan orang sakit, kerana kemungkinan orang sakit itu sampai masa, ia mahu berehat dengan secukupnya kecuali bagi orang yang sememangnya ditugaskan menjaga orang sakit tersebut.
(Rujukan Sirojul Munir)
*Meletakkan tangan di dahi (sebagai tanda memeriksa), membesarkan(melebihkan) orang sakit dan memberi salam ketika berjumpa.
Sabda Nabi S.A.W. :
"Dan daripada kesempurnaan ziarah orang sakit, bahawa menghantar salah seorang kamu akan tangannya atas muka(dahi) orang sakit itu atau atas tangannya" . Maka ditanya tentang hal demikian. Sabdanya : "Dan kesempurnaan dalam membesarkan orang sakit, bahawa antara kamu berjabat tangan yakni kemudian daripada memberi salam tatkala berjumpa" .
*Mendoakan agar orang sakit supaya cepat sembuh.
Salah satu contoh doa :
أَسْأَلُ اللهَ العَظِيَم رَبَّ العَرْشِ العَظيم أَنْ يُعَافِيْكَ وَيُشْفِيكَ
Itulah diantara mereka yang mendapat doa daripada para malaikat. Wallahu'alam.
Semoga kita semua termasuk dan tersenarai sama. InsyaAllah.
Semoga kita semua termasuk dan tersenarai sama. InsyaAllah.
Peringatan. Solat itu wajib, jgn biarkan diri dimamah usia dengan kekosongan rohani. Isikanlah dengan zat-zat yang berguna. Sebaik-baik rumah adalah Syurga. Sewanya dibayar dengan solat 5 waktu, puasa, zakat dan sunnah Rasulullah. Seburuk-buruk tempat adalah neraka. Hindarkanlah dengan solat 5 waktu, puasa, zakat dan sunnah Rasulullah. Kubur yang luas kerana solat 5 waktu, puasa, zakat dan sunnah Rasulullah. Kubur yang sempit kerana tidak solat 5 waktu, puasa, zakat dan sunnah Rasulullah. Lakukan sebaik mungkin yang wajib, insyaalah yang sunat pun akan berkat. Amin.a279;